”Kekuranganku
bukanlah hambatan bagiku…”
***
Duh, maaf yaa baru bisa ngepost lagi. Sebenernya
sih aku ngga sibuk ,Cuma kadang males
aja klo ngeblog lagi dalam keadaan ngga mood, ngga konsen, jatuhnya malah ga
bisa nulis. Maklum aja biasanya aku
ngeblog klo lagi nyantai aja, jadi bisa konsen hehehe
Bulan oktober 2013 lalu
aku dapat tugas dari dosen Character Building untuk melakukan riset yang
bertemakan tentang social. Kita dibentuk kelompok yang masing-masing kelompok
berjumlah 10 orang. Dan kebetulan tugas
ini diberikan sebagai salah satu syarat Nilai Ujian Akhir Semester untuk mata
kuliah tersebut. Dan kelompokku memilih Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala
sebagai tempat riset kami.
Oke langsung aja yaa
kita mulai..
Yayasan
Pendidikan Dwituna Rawinala. Kenapa kelompokku
memilih tempat riset di yayasan tersebut? Yaa, karena yayasan atau sekolah
tersebut cocok banget dengan tema tugas yang diberikan oleh dosen kami. Yayasan
Pendidikan Dwituna Rawinala ini beralamat di JL. Inerbang No.38 Condet Batu Ampar
Kramat Jati Jakarta Timur. Yayasan ini mengajarkan anak-anak yang mempunyai
cacat ganda yang diantaranya yaitu tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak
dengan gangguan kesehatan.
Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala menjadi tempat
harapan kemajuan anak cacat ganda netra (dwituna) . Kehadirannya sejak tahun
1973, sebagai wujud kepedulian dan cinta kepada anak cacat ganda netra. Yayasan
ini pun merupakan tempat pendidikan anak cacat ganda yang bersifat
terbuka, tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan .
Melayani kebutuhan pendidikan
penyandang cacat ganda netra, menjadi focus pelayanan ini. Mereka tidak hanya
cacat penglihatan , namun memliki hambatan yang berbeda-beda seperti buta tuli,
retardasi mental, fisik. Autis dan sebagainya. Kondisi yang sulit untuk
diterima disekolah luar biasa lainnya , karena mengalami kesulitan ganda,
inilah yang mendorong Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala hadir untuk
menjadikan mereka lebih berarti.
Selama melakukan riset
di Yayasan tersebut awalnya aku takut,
karena sebelumnya aku belum pernah berhadapan langsung dengan anak-anak yang
berkebutuhan khusus seperti itu. Tapi setelah dikenali dengan guru
pembimbingnya ternyata mereka sangat menyenangkan, mereka sama seperti
anak-anak lainnya. Mereka belajar, akan tetapi program belajarnya dilakukan
dengan berdasarkan keterampilan fungsional, yaitu kegiatan sehari-hari yang
dijadikan proses belajar mengajar. Contohnya bermain air,bina diri (memakai pakaian
sendiri, mencuci pakaian sendiri), belajar tentang konsep tubuh, bermain
music,dll.
“Walaupun
tidak bisa melihat, namun mereka dapat melihat melalui indra lainnya termasuk
hati dan perasaannya. Seperti arti Rawinala ‘Cahaya Hatii’….”
***
narasumber kami, mba murti .
Selain melakukan riset,
kelompokku juga melakukan wawancara langsung dengan anak didik di Yayasan Rawinala
tersebut. Yaa, kami mewawancarai anak didik bernama Murti.
Kami memanggilnya Mba
Murti, usianya 23 tahun. Ia merupakan salah satu anak didik Yayasan pendidikan
dwituna rawinala. Ia menyandang cacat ganda tunanetra, tunarungu ringan dan
kesulitan dalam belajar. Mba Murti ini tinggal di asrama Yayasan Pendidikan
Dwituna Rawinala dari ia berusia 6 tahun, cukup lama yaa..
Pada awalnya Mba Murti
ini diperkerjakan oleh ayahnya sebagai pengemis, namun Mba Murti tidak merasa
nyaman dengan pekerjaan itu, ia tidak mau menjadi seorang pengemis. Menurutnya “kekurangannku bukan bukan menjadi
hambatanku dan dapat dipekerjakan oleh orang tuaku sendiri. Hingga akhirnya
Mba Murti memutuskan untuk meninggalkan orang tuanya dan hidup dijalanan.
Mungkin tuhan sudah
merencanakan hal terindah dan terbaik untuk Mba Murti, hingga akhirnya Mba
Murti bertemu dengan salah satu pengurus Yayasan pendidikan dwituna rawinala.
Mba murti pun diajak untuk tinggal di yayasan tersebut. Ia pun menyambut
bahagia dengan tawaran itu.
Di Yayasan Pendidikan
Dwituna Rawinala Mba Murti pun banyak mendapatkan pengalaman serta ilmu tentang
apa yang tidak pernah ia dapatkan selama ini. Ia menjadi pribadi yang mandiri,
pandai bermain alat music , dapat berhitung meskipun menggunakan bantuan alat
hitung khusus untuk penyandang tunanetra, serta kegiatan lainnya. Serta tidak
lupa Mba Murti pun sangat senang karena ia mempunyai banyak teman, pengetahuan,
dan paling penting kenyamanan dalam hidupnya.
Di Yayasan Pendidikan
Dwituna Rawinala, Mba Murti pun bertugas untuk menjaga koperasi, dimana
koperasi merupakan salah satu bentuk pelatihan untuk anak didik yayasan
tersebut . Dan dalam kegiatan menjaga koperasi pun menjadi salah satu pelajaran
workshop baginya.
Ngomong –ngomong tentang
music, Mba Murti ini sangat pinter sekali bermain drum. Mba murti pun pernah
mengiringi artis ternama yaitu Ruth Sahanaya dalan konser keagamaan , dan tidak
hanya itu Mba Murti pun suka nongol di salah satu stasiun televisi sebagai
pemain drum. Dengan prestasi itu pun Mba Murti merasa lebih yakin bahwa ia
mampu meskipun kekurangan yang dimiliki.
***
Tuhan menciptakan
manusia berbeda-beda, alangkah indahnya bila perbedaan itu dapat menyatu satu
sama lain dengan baik. Banyak manusia dilahirkan dengan sempurna baik secara
fisik maupun mental dan banyak pula manusia yang dilahirkan dengan kekurangan
baik secara fisik maupun mental. Untuk itu marilah kita selalu bersyukur kepada
Tuhan yang maha esa atas nikmat dan karunia yang di berikan kepada kita dan
janganlah selalu mengeluh .
Salam manis.. :)